Menteri Sains, Teknologi dan Inovasi Khairy Jamaluddin mengutip dari The Star menyebutkan Malaysia bisa saja mempertimbangkan membatalkan pembelian vaksin China Sinovac, Coronavac.
Dikatakan Khairy Jamaluddin, kemungkinan tidak akan melanjutkan pengadaan vaksin Covid-19 Sinovac jika mereka tidak puas dengan keamanan dan kemanjurannya.
“Jika kami tidak puas dengan keamanan dan kemanjuran, kami tidak akan melakukan pengadaan. Data klinis Sinovac baru dirilis. Kami akan meninjau datanya dan memutuskan,” katanya, Jumat (15/1/2021) dalam serangkaian tweet mengutip dari minangkabaunews.
Hal ini diungkapkan Jamaluddin menanggapi laporan kemanjuran Sinovac di Brasil. Menurut laporan Wall Street Journal, Butantan Institut yang menguji Sinovac di Negeri Samba memperbaruhi kemanjuran vaksin tersebut dari 78% ke 50,4%.
Nanum demikian, Jamaluddin menegaskan setiap pengadaan vaksin harus mendapat persetujuan dari Badan Pengatur Farmasi Nasional (NPRA). Karenanya pihaknya masih menunggu.
Sementara, ia juga berujar negaranya sudah memiliki strategi dalam pembelian vaksin. Tidak fokus pada satu perusahaan salah satunya.
“Inilah mengapa strategi kami menjadi portofolio vaksin. Untuk memastikan kami memiliki pasokan yang cukup dan untuk mengurangi masalah regulasi dan manufaktur,” paparnya lagi.
“Beli dari lebih dari satu sumber. Ditambah fakta, tidak ada pabrikan yang dapat memasok semua kebutuhan kami. Sama untuk kebanyakan negara.”
Malaysia adalah salah satu negara yang telah memesan vaksin Sinovac dari China. Selain Brasil, di RI kemanjuran vaksin ini dilaporkan 65,3% sementara di Turki 91,25%.
Pemerintah Malaysia menargetkan 60% hingga 70% atau antara 20 hingga 23 juta penduduk Malaysia harus divaksinasi. Ini penting guna mencapai kekebalan komunal.(*)