Panorama Lori

Kesan yang menggores tajam pada tempat ini sungguh mengagumkan. begitu indah menggambarkan panorama Lori di bagian utara kota Padang yang panas ini. Di sanalah kita bisa menemukan kesegaran, kedamaian, di sanalah kita bisa menghayati kebesaran Tuhan. Dan, di sana pula kita merasakan gemercik air bening melindas bebatuan, tak ubahnya dengan surga dan untaian kesegaran yang tak henti.

Gemercik yang tenang mengirim kesegaran yang tak henti, mendamaikan jiwa yang resah, jiwa yang butuh sentuhai kasih sayang dari alam. Kesegaran dan keindahan panorama membuat kita hanyut dan tenggelam dalam buaian kedamaian yang tiada tara.

Lori yang terletak berdekatan dengan pemandian Lubuk Minurun ini berada sekitar 10 kilometer utara Kota Padang itu memang belum begitu dikenal. Namun sekali saja anda kesana, tarikannya sulit dilepaskan. Pemandangan di sana memang indah dan unik. Jika alam sedang ramah, banyak jenis burung yang beterbangan di alam bebas sambil sesekali berkicau. Perjalanan menuju ke obyek itu dapat ditempuh dengan mobil pribadi dan motor.
Kalau memakai angkutan umum, anda dapat memanfaatkan angkutan kota jurusan Tabing-Lubuk Minturun dan berhenti di simpang Lori .

Selanjutnya anda dapat berjalan kaki sejauh 1 kilometer atau memanfaatkan jasa ojek, di kiri kanan anda akan menyaksikan bunga-bunga indah yang tersusun sepanjang jalan. Bunga-bunga ini dijual dengan harga yang cukup murah. Begitu habis deretan bunga tersebut, Lori berada di depan anda.

Nama Lori memang berasal dari alat pemindah barang yang melintasi kedua tepinya. Saat ini kita masih bisa menyaksikan sisa-sisa peninggalan Belanda tersebut berupa pondasi dan kawatbesinya, namun lorinya sudah raib entah kemana.

Tidak jauh dari tebingnya adalah jalan pintas menuju Paninggahan Solok yang saat ini sedang dikerjakan. Dapat dibayangkan kalau jalan tersebut sudah selesai dibangun, tentu saja tempat ini akan jadi primadona yang membuat setiap orang menjadi sangat rugi kalau melewatkannya.

Selagi menikmati gemercik air anda akan menyaksikan ribuan ikan larangan yang baru sebesar telunjuk. Selain itu tempat ini juga sering dijadikan tempat kemping dan hiking oleh pemuda.

Sayangnya obyek wisata tersebut belum terbenahi secara rapi, terutama sarana jalan dan transportasi yang pada umumnya belum memadai. Petunjuk perjalanan ke obyek tersebut juga sangat minim, dan peta wisata yang ada tidak banyak menolong.
Selain itu, semangat meningkatkan pemasukan PAD (pendapatan asli daerah) juga ada yang berimbas pada kegiatan pariwisata. Misalnya, harga karcis masuk ke sana yang naik dari seribu menjadi dua ribu. (*)

Asumsi terjadinya kemudahan dengan adanya percepatan waktu perjalanan itu memang menggiurkan. Namun, bagaimana dengan pembenahan obyek wisata dan berbagai sarana penunjang yang mendukungnya? Masih banyak yang harus dibenahi sehingga potensi yang besar itu bisa didayagunakan secara optimal.(*)